Halaman Utama

Jumat, 14 Januari 2011

1 Lagi Pencopet Kena Tipu...


Ini cerita temen jaman sekolah dulu, Kang Dullah yang rumahnya di Rembang, Pasuruan. Beliau ini tiap pulang selalu naik kereta dari ke Surabaya trus ganti kereta ke Bangil baru dilanjut naik angkot ke rumah. Naik kereta tentu ada alasannya, bisa gratis atau bayar sesuai keikhlasan, yang sesuai dengan ketentuan pasal 34 UUD. Kereta api punya negara tho?
Kang Dullah ini saking seringnya jadi penumpang kereta sampe hapal seluk beluk perkereta-apian percopetan, maksudnya karena sering liat pencopetan dia jadi apal ciri-ciri gerak dan tingkah laku para pencopet yang ada di kereta. Gemes tapi mau bertindak serem juga, copet kan bergerak secara berkelompok. Takutnya mukanya dikenali sama anggota komplotan trus di lain waktu dia pulang bakal ada pembalasan.
Tapi mosok anak asrama yang terkenal mokong alias ndableg ndak berani ngapa-ngapain sama copet?
Akhirnya disusunlah sebuah rencana, Kang Dullah ngaduk-aduk gudang penyimpanan dan nemu sebuah dompet lama yang sudah ndak kepake. Dompet itu diisi kertas-kertas sampai keliatan agak tebel dan ditaruh di kantong belakang, persiapan selesai. Kang Dullah naik ke kereta.
Sampe di sekitaran Wonokromo yang terkenal surga preman di jaman itu, Kang Dullah merasa ada yang meraba pantatnya saku belakangnya. Beliaunya diem saja tapi sambil merhatiin sekilas orang yang ngambil dompet.
Nunggu semenit dua menit, Kang Dullah menghampiri orang yang tadi mencopet trus dengan akting meyakinkan mulai meraba-raba saku dan membuka tas dengan panik, “Lho! Waduh dompetku ilang rek! Waduh! Piye iki? Waduh rek, gak bisa pulang saya!”
Untuk menambah levelnya Kang Dullah pura-pura mau nangis, heboh orang-orang memperhatikan. Nah, rupanya si tukang copet juga bukan orang yang ndak punya nurani, dia mendekati Kang Dullah dan mencoba menenangkan, “Kenapa dik? Duitmu yang ilang berapa?”
Kang Dullah keliatan menahan tangis, “200 ribu…”
Si bapak-bapak tukang copet nanya lagi, “Lha ini kamu mau pulang kemana?”
“Pasirian Pak, Lumajang.” Jawab Kang Dullah
Kata si bapak copet, “Waduh rek jauhnya, kasian, biasanya butuh ongkos brapa?”
“20 ribu…” Jawab Kang Dullah lagi.
Mungkin berpikir kalo masih ada untung 180.000 rupiah, si bapak tukang copet ngeluarin duit dua lembar puluhan ribu, “Nih buat ongkos pulang…”
Tinggal Kang Dullah yang mikir, apakah hasil dari menipu seorang pencuri halal? Atau malah haram kuadrat?



Sumber : http://ngerumpi.com/baca/2009/12/07/bolehkah-menipu-pencopet.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://jupitterpandawa.blogspot.com/

Silahkan masukan comentar anda

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...