Saya tertarik untuk menelaah ayat ini karena ia menyimpan informasi dan pesan spiritual yang dahsyat. Sangat sedikit sebetulnya para ahli tafsir menyempatkan membahas ayat ini secara detail. Namun menelaah kitab-kitab tafsir isyari (tafsir-tafsir simbolik dan sufistik) kita akan memahami bahwa pesan ayat ini sungguh akan menggetarkan jiwa si mukmin.
Kitab Tafsir al-Mizan, mognum opusnya Thabathabai yang sangat setia menafsirkan ayat-ayat al-Quran secara lafzi dan dhahiri tidak banyak menguraikan kerumitan makna ayat di atas. Dikatakan rumit sebab kita harus memahami maksud ayat yang berbunyi bahwa binatang-binatang buas kelak akan dibangkitkan bersama-sama manusia. Serigala, harimau, beruang, singa dan sebagainya benarkah akan dibangkitkan kembali? Untuk apa mereka dibangkitkan? Untuk dihisab? Untuk diberikan balasan dan hukuman seperti layaknya manusia? Sementara mereka bukanlah makhluk yang memiliki akal dan kemampuan untuk memilih seperti manusia, alasan kenapa manusia harus dihisab kelak di hari kiamat.
Secara lahiriah, kata Thabathabai, karena ayat ini berada di antara ayat-ayat yang berbicara tentang hari kiamat maka makna lahiriahnya adalah binatang-binatang buas kelak akan dibangkitkan seperti layaknya manusia. Namun tidak mudah memang memahaminya karena rincian bagaimana kebangkitannya dan apa-apa yang akan terjadi setelahnya semua itu tidak diungkapkan oleh al-Quran atau hadis-hadis yang bisa dipercaya. (al-Mizan 20:214)
Namun Mulla Sadra memberikan perspektif lain. Filosof dan pencetus gagasan al-harakah al-jauhariah dalam kitab tafsirnya Tafsir al-Quran al-Karim menguraikan makna ayat ini secara simbolik. Katanya ayat ini adalah sebuah ungkapan majazi (kiasan) tentang manusia-manusia yang memiliki semua sifat dan karakter binatang buas di dunia. Ketika mereka dibangkitkan kelak, mereka akan dibangkitkan persis sama dengan sifat dan karakternya tersebut. Hal ini diperkuat oleh sebuah hadis Nabi yang berbunyi, “kelak di hari kiamat akan ada sebagian orang yang dibangkitkan oleh Allah dalam bentuk rupa yang monyet dan babi sekalipun tampak akan lebih baik darinya.”
Kata Sadra, perhatikan ayat-ayat yang mendeskripsikan tentang hari kiamat. Salah satunya adalah firman Allah yang berkata bahwa ‘hari itu semua rahasia-rahasia akan diungkapkan” (yauma tublas sarair. 86:9). Semua yang tadinya menjadi rahasia dalam hidup manusia, termasuk karakter aslinya kelak akan diungkapkan apa adanya.
Adalah suatu hal yang lumrah diketahui bahwa dalam hidup ini manusia bertindak melakukan sesuatu karena didorong oleh berbagai macam kekuatan yang ada dalam dirinya. Terkadang ia didorong kuat oleh kekuatan nafsunya seperti keinginannya untuk memuaskan birahi atau tuntutan biologisnya; atau terdorong kuat oleh kekuatan amarahnya seperti keinganannya untuk marah, memukul, membunuh, memangsa atau menguasai pihak lain.
Atau terdorong kuat oleh daya khayal dan imaginasinya seperti berencana, menipu, berbohong, bermimpi dan sejenisnya; atau dorongan rasionalitasnya yang sehat seperti berpikir, tafakur, introspeksi dan sebagainya.
Keempat kekuatan di atas memiliki simbolnya masing-masing. Kekuatan nafsu (alquwwah as-syahwiyyah) disimbolkan dengan binatang ternak. Kekuatan amarah (alquwwah alghadhabiyyah) disimbolkan dengan binatang buas. Kekuatan khayal (alquwwah alkhayaliyyah/alwahmiyyah) disimbolkan dengan setan. Dan kekuatan rasional (alquwwah al’aqliyyah) disimbolkan dengan malaikat.
Manusia yang bergerak semata-mata didorong oleh tuntutan nafsu tersebut maka ia tidak lebih dari seekor binatang ternak yang berwajah manusia. Demikian juga ketika sifat watak dan perilaku manusia bagaikan binatang buas: merobek-robek hak orang lain, memperkosa hak-hak manusia lain, membunuh nyawa yang tak berdosa, menginjak-injak hamba-hamba Allah yang lemah, menghalalkan segala cara untuk menunjukkan kekuasaan dan penjajahannya kepada orang lain, maka sesungguhnya ia adalah serigala yang berwajah manusia.
Dapatkah kita bayangkan makhluk seperti apa itu Hindun, wanita yang melampiaskan rasa dendamnya dengan mengunyah-ngunyah jantung Sayyidina Hamzah, paman Nabi, yang gugur di Uhud. Dapatkan kita bayangkan manusia yang bernama Harmalah yang melesatkan anak panahnya ke arah leher Ali al-Asghar, putra Husain yang berusia enam bulan saat sang ayah memintakan setetes air bagi bayinya yang sangat kehausan di medan Karbala?
Dapatkah kita bayangkan manusia seperti apa itu Syimir, Sinan bin Anas, Umar bin Sa’ad, Ibnu Ziyad, Yazid dan sekutunya yang begitu sadis dan kejam di padang Karbala terhadap Husain dan keluarga serta 72 dari sahabatnya? Dapatkah kita bayangkan wajah serdadu-serdadu Israel yang membantai dengan darah dingin anak-anak dan wanita-wanita yang tak berdosa di Gaza, yang kata Mads Gilbert, dokter dari Norwegia yang dikirim ke Gaza untuk membantu korban yang ada di Rumah Sakit as-Syifa, sama dengan tragedi Sabra dan Shatila 27 tahun lalu dimana ada sekitar 800 sampai 2000 orang-orang Palestina dibantai dengan kejamnya.
Di dunia sini memang tidak tampak wajah kebinatangannya. Namun kelak di akhirat semua akan tampak seperti apa adanya: “yauma tubla as-sarai”. Hari di mana segala bentuk kamuflase, topeng, kemunafikan akan tampak sejelas-jelasnya. Jiwa-jiwa buas yang membedil orang-orang tak berdosa, memancung leher-leher suci para pejuang kebenaran kelak akan bangkit seperti yang Nabi sabdakan “rupa monyet dan babi sekalipun tampak lebih baik darinya.”
Kata Sadra: “apapun yang kita lakukan di dunia ini bagaikan kita bercocok tanam dan melempar benih di “ladang” hati dan jiwa kita. Niat kita, kepercayaan kita yang tersembunyi di balik dada, perilaku kita semua bagaikan benih-benih yang ada dalam tanah. Usia keberadaan kita di dunia bagaikan usia musim dingin dimana benih-benih tersebut terkubur dalam tanah tak tersentuh oleh sinar mentari. Ketika musim semi tiba, ketika sinar matahari sudah mulai menyeruak, maka benih-benih yang terkubur dalam perut bumi akan muncul ke permukaan. Di saat itu akan tampak berbagai macam dedaunan, pohon-pohon yang beraneka ragam, bunga-bunga dan juga buah-buahan. Masing-masing mereka tumbuh sesuai dengan jenis benih asalnya. Sebagian manis, asam bahkan ada yang pahit. Sebagian lagi bisa menjadi obat yang menyembuhkan, tapi ada juga yang menjadi racun yang mematikan.
Demikianlah kelak ketika manusia dibangkitkan di hari kiamat. Ketika mentari kebenaran memunculkan jiwa-jiwa manusia dari alam kuburnya, saat itu semua mereka akan tampak ke permukaan sesuai dengan karakter benih asalnya. wa barazu lillah al-wahid al-qahhar. (lihat Tafsir Mulla Sadra 7: 224/225). Jiwa-jiwa buas akan dibangkitkan bagaikan binatang-binatang buas. Sementara jiwa-jiwa malaikat dan malakuti juga akan muncul dengan wajah-wajah mulia yang bersinar dan berseri-seri seperti firman Allah dalam surah az-Zumar ayat 75 (QS 39: 75) dimana mereka akan digiring ke dalam sorga yang dijanjikan.
Sumber : http://ahmadsahidin.wordpress.com/2009/02/05/ketika-binatang-buas-dibangkitkan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar