Jupitter Story
Dalam mitologi Yunani, Hercules merupakan anak Zeus, dewa tertinggi Yunani yang jatuh cinta dan berhasil mencumbui Alcmena, seorang perempuan dari bangsa manusia. Dalam kitab Pararaton, Ken Arok juga dikisahkan sebagai putra Dewa Brahma, hasil hubungan badannya dengan Ken Ndok. Dalam kisah Mahabarata, ada tokoh Bhisma putra dewi penguasa Sungai Gangga dan Prabu Pandu, raja Hastinapura. Ada juga Karna dan kelima Pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) yang merupakan anak para dewa yang mendatangi Dewi Kunti dan Dewi Madrim, istri Prabu Pandu. Mahapatih Gadjah Mada yang misterius itu, dalam Kakawin Gadjah Mada, juga disebutkan sebagai putra Dewa Brahma yang menyamar menjadi Mpu Sura Dharma dan mendatangi istrinya, Nari Ratih. Romulus dan Remus, pendiri kota Roma, dikisahkan merupakan putra dari Dewa Mars yang mengawini Rhea Silvia, putri Numitor, raja Alba Longa.
Contoh-contoh di atas merupakan sedikit dari banyak kisah yang bercorak serupa, bahwa seorang pahlawan sering digambarkan sebagai manusia setengah dewa. Mereka memiliki kekuatan adikodrati di atas kemampuan rata-rata manusia. Dengan kemampuan luar biasa tersebut, mereka mampu mengalahkan tokoh-tokoh jahat demi menyelamatkan manusia. Tak jarang pula, para pahlawan tersebut diminta bantuannya oleh para dewa untuk membantu mengalahkan musuh—biasanya raksasa—yang datang mengobrak-abrik kediaman para dewa.
Pertanyaannya adalah, mengapa sering muncul mitos bahwa pahlawan adalah manusia setengah dewa? Mengapa seringkali dewa-dewa justru kalah ketika bertarung dengan para ksatria, padahal kesaktian para ksatria tersebut juga diperoleh dari anugerah para dewa? Mengapa dewa-dewa juga sering kocar-kacir ketika diserbu kaum raksasa?
Jawabannya, menurut saya, terletak pada keunikan manusia itu sendiri dibanding dengan makhluk lain.
Manusia memang makhluk paling sempurna yang dianugerahi berbagai kelebihan berupa kemampuan jasmani, akal, nurani, dan kemampuan ruhani. Dengan kemampuan tersebut, manusia menjadi makhluk yang mandiri, bebas memilih, dan mampu bertanggungjawab atas pilihannya.
Manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan jahat. Manusia bisa memaksimalkan kedua potensi tersebut, sehingga bisa menjadi makhluk yang superhebat: superbaik atau superjahat. Manusia yang memaksimalkan akal, ruh, nurani, dan jasmaninya hingga mencapai taraf kebaikan tertentu bisa menyamai dewa-dewa, bahkan bisa melebihi mereka. Begitu pula sebaliknya, manusia yang serakah, licik, culas, dan haus darah bisa lebih jahat dari demon, syetan, atau apapun yang menjadi ikon kejahatan di dunia ini.
Keunggulan utama manusia terletak pada kemampuannya memilih. Segala sesuatu di dunia ini selalu dihamparkan dalam bentuk pilihan-pilihan. Remote control ada di hati dan pikiran kita. Nah, ketika memilih kebaikan atas keburukan, apalagi didasari pemikiran dan landasan ilahiah, di situlah kemenangan manusia. Ketika memilih berjuang demi kemanusiaan, bukan demi kehidupan pribadinya sendiri, di situlah keunggulan manusia. Pilihan yang tepat melambungkan derajatnya jauh melebihi kedudukan para dewa.
Dalam kisah tentang Hercules, tampak sekali keunggulan manusia tentang kemampuan memilih ini. sebelum menjalani 12 ujian yang dibebankan kepadanya, Hercules didekati dua perempuan cantik. Satu orang menawarinya kehidupan abadi yang penuh kenikmatan, sedangkan seorang lagi menawarinya kehidupan yang penuh perjuangan demi pengabdian kepada kemanusiaan. Hercules memilih hidup penuh perjuangan.
Mereka, para pahlawan/ksatria yang telah memilih berjuang demi kemuliaan manusia itu, namanya abadi dan dikenang oleh generasi setelahnya. Dari masa ke masa, cerita tentang mereka terus diperdengarkan bahkan seringkali dibumbui mitos-mitos keilahian. Sampai taraf tertentu, mereka dianggap memiliki keutamaan yang setara dengan keutamaan para dewa atau setidaknya memiliki sifat setengah dewa.
Kekalahan para dewa dari gempuran raksasa dan adanya permintaan dewa kepada ksatria untuk menumpas raksasa pengacau itu menunjukkan bahwa dalam derajat tertentu, manusia bahkan bisa lebih unggul dari para dewa. Hanya manusia yang berhasil mengoptimalkan semua potensi kebaikanlah yang bisa mencapai tingkatan setinggi itu.
Salam.
Sumber :: http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/08/setengah-dewa/
jupitter.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar