Hmmh... apa maksudnya? Begitu pikirku ketika membaca headline di Guardian berjudul : Why It’s Never Too Late To Be a Lesbian.
Setelah membaca artikelnya sampai selesai ternyata yang menjadi topik di situ adalah pergantian orientasi sexual sebagian dari kaum wanita setelah memasuki usia lanjut.
“Seandainya anda mempertanyakannya ( orientasi sexual) setahun yang lalu, maka jawaban saya adalah : Saya tahu pasti siapa saya ini dan yang jelas saya ini bukan seorang lesbian dan tidak akan pernah menjadi seorang lesbian.”
Begitu pengakuan Carren Stock. Wanita ini telah menikah dengan high school sweetheart-nya selama 25 tahun dan telah dikaruniai dua orang anak.Dari luar kehidupan rumah tangganya terlihat sangat harmonis dan bahagia. Sampai pada suatu hari dia menyadari bahwa dia telah jatuh cinta dengan salah seorang teman wanitanya.
Perasaannya itu terasa begitu kuat hingga membuatnya nekad untuk mengungkapkan isi hatinya itu kepada si teman. Sayangnya, gayung tidak bersambut. Sebelum kejadian itu katanya dia sama sekali tidak pernah merasakan adanya gejala –gejala lesbian di dalam dirinya. Diapun akhirnya bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia lalu menyadari bahwa orientasi seksualnya sudah berubah haluan.
Awalnya Carren juga meragukan perasaannya sendiri dan kurang tahu pasti apakah rasa ketertarikannya itu ditujukan kepada kaum wanita pada umumnya ataukah hanya dengan si teman itu saja. Bingung dan penasaran dia ingin tahu apakah hanya dirinya seorang yang mengalaminya ataukah hal ini juga dialami oleh wanita lainnya. Maka dia kemudian menyebarkan selembaran yang berisi tentang perubahan orientasi sexnya itu kepada khalayak umum dengan harapan dia akan bertemu dengan seseorang dengan masalah yang sama.
Tidak diduga dia mendapatkan banyak sekali tanggapan sehubungan dengan masalahnya itu. Dari para wanita yang sudah melakukan kontak dengannya itu diantaranya adalah para wanita yang mengalaminya sendiri ataupun para wanita yang mempunyai kenalan atau teman dengan masalah yang sama. Karena begitu banyaknya tanggapan yang masuk sampai – sampai interview pertelepon tidak mungkin dilakukan lagi hingga dia harus melakukannya via internet. Hasil dari interviewnya dengan wanita – wanita tersebut kemudian dikumpulkannya di dalam sebuah buku yang berjudul : Married Women Who Love Women.
Berdasarkan artikel di atas katanya dewasa ini makin banyak saja wanita yang baru menyadari atau berani mengakui bahwa dirinya adalah seorang lesbian. Umumnya para wanita tersebut telah berumur 30an ke atas.
Ingat aktris Cynthia Nixon, pemeran Miranda dalam serial Sex and the City, yang meninggalkan partnernya selama 15 tahun untuk hidup bersama Christine Marinoni? Aktris Portia de Rossi juga pernah menikah dengan seorang pria sebelum akhirnya jatuh ke pelukan Ellen de Generes.
Subyek dari perubahan orientasi sexual kaum wanita berusia 30an ke atas ini katanya sudah menarik banyak perhatian dari kaum akademis. Menurut Guardian, bulan depan ini akan dibicarakan juga sebuah sesi yang berjudul : Sexual Fluidity and late –Blooming Lesbians dalam pertemuan tahunan yang diadakan oleh The American Psychological Association.Sesi ini diadakan berdasarkan hasil dari berbagai riset, termasuk di dalamnya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Christian Moran. Menurut Christian, penelitian ini dilakukannya setelah dia membaca satu keluhan di dalam sebuah forum khusus untuk para istri lesbian.
Wanita tersebut memakai nick name Crazy. Berikut adalah keluhannya :
I don't understand why I can't do the right thing," she wrote. "I don't understand why I can't make myself stop thinking about this other woman".Tujuan Moran melakukan survey itu adalah untuk menolong Crazy dan para wanita lainnya yang mengalami hal serupa agar tidak merasa dirinya ini abnormal atau salah jika merasakan ketertarikan dengan wanita lain.
“Saya tidak mengerti kenapa saya tidak bisa melakukan hal yang benar. Saya tidak mengerti kenapa saya tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu".
Selanjutnya di dalam artikel yang lumayan panjang itu diceritakan jug kisah wanita – wanita lainnya yang juga mengalamani perubahan orientasi sexualnya di usia lanjut.
Aku cuma bisa geleng – geleng kepala saja membacanya.
Secara pribadi aku tidak pernah mengutuk homosexualisme karena menurutku ini hanyalah merupakan suatu perbedaan orientasi sexual saja. Tapi pandanganku atas kasus – kasus seperti yang sudah diceritakan di atas tadi agak lain karena aku yakin bahwa orientasi sexual itu bawaan dari lahir. Jadi disadari atau tidak setiap orang sudah memiliki orientasi sexualnya yang berbeda antara satu dengan lainnnya.
Pada umumnya orientasi sexual sudah bisa kita rasakan pada saat kita memasuki masa – masa puber.Jika pada saat pubertas seorang wanita sudah ada kecenderungan untuk tertarik dengan sejenis maka dia ini adalah lesbian. Vise versa. Jadi menurutku adalah suatu tindakan yang egois untuk menikah dengan lawan jenis, mempunyai anak tapi di kemudian harinya berubah haluan lagi dengan memilih untuk mencintai sejenisnya.
Aku bilang sangat egois karena dari awal mereka sudah ada kecenderungan sebagai lesbian tapi memilih untuk menekan hasratnya itu karena beberapa faktor. Faktor agama dan sosial merupakan dua faktor terbesar kenapa seseorang merasa perlu untuk menyembunyikan orientasi seksualnya. Jika ini terjadi di negara seperti Indonesia aku akan sangat memakluminya karena masyarakat dan agama tidak bisa menerima dengan tangan terbuka keberadaan mereka ini. Sedangkan kasus – kasus tersebut di atas banyak terjadi di negara barat yang mana masyarakatnya dikenal lebih terbuka dalam hal ini.
Kenapa mereka lebih memilih untuk menjadi closet gay? Menyembunyikan orientasi seksual yang sebenarnya bahkan menikah dengan lawan jenis dan mempunyai anak? Karena awalnya mereka pikir adalah lebih mudah untuk menjalani kehidupan yang “normal” di mata masyarakat. Dengan begitu dia tidak perlu memberikan banyak penjelasan kepada keluarganya karena semuanya terlihat baik – baik saja. Kalau bisa begitu selamanya sih, tidak masalah. Tapi bagaimana jika akhirnya tidak bisa menekan hasrat yang sesungguhnya setelah berusia lanjut, setelah anak – anaknya sudah besar dan mandiri?
Apakah mereka tidak memikirkan efek dari tindakan tersebut? Efek ke bekas suaminya pasti akan jauh menyakitkan daripada jika si wanita lari dengan seorang pria. Tidak bisa dibayangkan betapa egonya akan terluka ketika mendapati bahwa sang istri telah memilih untuk hidup dengan wanita lain. Ada salah seorang komentator dalam artikel tersebut yang mengatakan bahwa efeknya akan sama saja jika si wanita lari dengan pria lain. Ngga mungkin deh.
Belum lagi efek psikologis yang akan di derita oleh anak – anaknya. Perceraian biar bagaimanapun juga akan menyakitkan bagi anak – anak. Apalagi jika ditambah dengan kenyataan pahit berupa perubahan orientasi sexual salah satu dari orangtuanya. Bisa dibayangkan betapa berat beban mental yang akan ditanggung oleh mereka.
Maka itu menurutku tindakan para istri ini adalah merupakan tindakan yang sangat egois dari awal. Sama saja mempergunakan hidup orang lain sebagai perisai supaya dirinya dianggap normal di mata masyarakat tapi di kemudian hari meninggalkannya untuk mengejar kebahagiaannya sendiri. Tidak ada kata lain yang bisa menjabarkan pribadi seperti ini kecuali: egois.
Sumber : http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/27/1725/istri-istri_lesbian
By : Ju[pitter Pandawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar