Jupitter News _ Ucok dilahirkan dengan nama Usnan Batubara, pada tahun 1971. Ucok melewati masa kecil di Medan. Anak ketujuh dari sembilan bersaudara itu terlahir dengan tubuh paling kecil. Padahal, orang tua dan saudara-saudaranya normal. Tak ayal, Ucok sering minder. Dia lebih suka berada di rumah. Karena bila main di luar dia sering jadi bahan olok-olok teman-temannya.
Karenanya Ucok tak betah hidup di kampung, dia lalu merantau ke Jakarta, tanpa izin orang tua. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1990. Ucok cuma berbekal uang Rp 7.500. Namun dia bertekad tak memakai uang itu sampai tiba di Jakarta. Ucok meminta izin naik bus gratis dari kernet. Kernet mengizinkan, dengan syarat selama perjalanan tiga hari dua malam dia tidak duduk. Ucok menyanggupi. Tak terbayangkan lelahnya Ucok berdiri di bus selama 3 hari 2 malam. Tiba di Jakarta, Ucok memutuskan tinggal di Pasar Minggu. Karena tak punya saudara, dia tinggal di pasar. Di pasar itulah dia tidur, makan, dan bekerja.
Ketika itu Ucok tidak tahu bagaimana caranya mencari uang. Sehingga apa yang dilakukan orang untuk mendapatkan uang selalu diikutinya. Pernah Ucok dikerjain gerombolan pencopet dengan memegangi tas hasil copetan, dan Ucok yang kena hajar. Ucok tidak tahu menahu. Masalah tidur, Ucok tidur di los-los pasar beralaskan kardus dan koran. Ucok melakukan itu selama lebih dari 6 bulan. Kadang Ucok jualan plastik kresek di pasar, menawarkan pada orang-orang yang bawa belanjaan banyak. Sudah untungnya sedikit, kadang hasil penjualan plastik dimintain sama preman pasar. Tinggalah Ucok gigit jari.
Bahkan pernah pula pada suatu saat, ketika Ucok lagi tidur di sebuah toko, yang punya toko datang. Ucok yang lagi tidur enak-enak dioprak-oprak dan diusir. Ucok bangun geragapan dan bingung mau tidur dimana lagi.
Di pasar, Ucok Baba berteman sebagai pekerja di toko, Rina Angelina. Keduanya pun kemudian menjalin cinta dengan diam-diam, karena ortu Rina tidak setuju Rina nikah dengan Ucok. Namun akhirnya, setelah melalui perjuangan panjang, Ucok pun menikah dengan Rina. Semua ini berkat cinta Rina yang begitu dahsyat pada Ucok. Sebab, demi melangsungkan pernikahan ini, Rina harus berhadapan dengan keluarganya yang tidak setuju. Dan bahkan saat menikah itu pun, ortu Rina tetap tidak setuju. Pandangan orang yang datang menatap sinis pada Ucok yang jadi pengantin. Cinta Rina bagai mu’jizat dari Yang Maha Kuasa. Yang memberikan kekuatan dahsyat pada Ucok untuk terus bisa bertahan hidup dan menggapai sukses. Rinalah yang terus memompakan motivasi dan semangat hidup pada Ucok. Habis nikah, Ucok langsung pindah dari rumah mertua. Mereka berdua ngontrak dan pindah berkali-kali dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain.
Ucok mulai nyari kerjaan jadi artis namun masih sebatas figuran. Pas masih jadi figuran, Ucok naik bus dan angkot. Pernah datang telat ke lokasi dan dimarahi habis-habisan oleh sutradara karena perannya adalah figuran yang kontiniti.
Hingga suatu saat Ucok bertemu staf Soraya Film. Ucok ditawari main film Bagi-bagi Dong bersama Warkop. Setelah main di warkop itu, nasib Ucok membaik. Dia cukup dikenal sebagai artis. Namun krisis yang menerpa dunia perfilman pada tahun 1997 membuat Ucok kembali hidup susah. Ucok alih profesi jadi pengamen, Ucok Baba ngamen bertiga dengan rekannya. Teman ngamen Ucok postur tubuhnya normal. Kedua temannya memegang gitar, sedangkan Ucok sebagai vokalisnya. Ucok sering membawakan lagu-lagu Spanyol.
Ketika Ucok ngamen, orang-orang sangat cuek. Banyak tidak ngasih uang ketika mereka menyanyi. Saat ngamen itulah Ucok ketemu sama salah satu art director di Soraya (namanya Opung), Ucok malu sekali. Ucok pernah shooting sama Opung. Opung kaget dan nanya, “kenapa kamu ngamen, Cok?” Ucok Jawab, “ini terpaksa, Pung. Dunia film lagi sepi. Kalo gak gini, Gue gak makan.” Opung kemudian memberi Ucok uang sepuluh ribu rupiah.
Masalah hidup menimpa sangat berat, pernah Ucok nggak mampu bayar kontrakan dan diusir dari kontrakan. Dia luntang-lantung nggak karuan bersama istrinya. Tidur dari satu rumah teman ke rumah teman yang lainnya.
Karena ngamen tidak menghasilkan juga, Ucok pindah profesi jadi pemain badut. Dia ngelamar bersama beberapa orang temannya dan dicuekin oleh boss badut. Namun lama-lama dikasih peran juga. Saat jadi badut, Ucok jago sulap. Di Badut sekitar 2 tahun dengan system grup, kadang berdua kadang bertiga. Di badut ini, Ucok sering dikerjain sama boss badut. Ucok sering hanya dikasih 3 ribu rupiah, padahal boss badut dikasih 300 ribu dari yang sewa. Ketika itu Ucok mengharap pemberian orang, tapi malah tidak ada yang memberi.
Tahun 2000 dia bertemu Dick Doang. Dick mengajak dia jadi mitra presenter acara “World Cup” di televisi. Sejak saat itu Ucok dikenal. Dia mulai main sinetron di sana-sini. Bahkan juga film. Sampai sekarang, Ucok Baba pun bisa menikmati kehidupan yang layak.
Ketika sukses ini, Ucok tidak lupa pada teman-temannya dulu. Ucok pun kemudian membuka usaha roti dengan merk Madinah Bakery. Usaha itu cukup membuahkan hasil, ada sekitar 30 karyawan roti yang bekerja dengan Ucok. Usaha roti ditangani oleh Rani.
Kini Ucok terus menikmati kesuksesannya dengan penuh syukur. Keluarga besar Rani pun sudah bisa menerima dirinya, terlebih saat Ucok dikaruniai anak. Dari dulu hingga kini kesukaan Ucok adalah mancing, baik itu untuk meluapkan emosi karena sedang dalam tekanan masalah, ataupun untuk melepas lelah. Pernah Ucok mancing, dapat ikan besar hingga Ucok ketarik dan kecebur di kolam. Ucok kini menikmati hidupnya dengan penuh bahagia bersama keluarga.
Sumber : http://apakabarsidimpuan.com/2010/06/usnan-batubara-ucok-baba-anak-bawang-pencetak-uang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar