Jupitter News _ Sepotong waktu “disepertiga malam” kita adalah sepenggal cerita tentang pembuktian. Pembuktian tentang makna cinta yang bersambut, ini lebih sekedar cerita cinta yang kerap kita dengar. Sebab, “disepertiga malam” itu Sang Kekasih tak sekedar menanti. Tapi, memberikan kepastian atas segala pengharapan kita. Dia-lah Allah, yang disetiap sepertiga malam kita tak pernah jemu menanti kehadiran hambaNya, meski kadang sang hamba tak kunjung hadir. Namun, tetap saja cerita cinta ini tak pernah putus. Hadir atau tidak, “disepertiga malam” itu, Allah tetap menanti kita.
“Pada setiap malam, Allah tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia. Ketika malam tinggal tersisa sepertiga terakhir, Allah berfirman, “siapa yang berdoa kepada-Ku, lalu Aku kabulkan doanya? Siapa yang minta kepada-Ku. Lalu aku kabulkan permintaannya? Siapa yang minta ampunan kepada-Ku, lalu Aku ampuni dia?” (HR. Muslim).
Mengapa disepertiga malam? karena di sanalah rasa cinta itu teruji. Sebab, bangun disepertiga malam bukanlah perkara yang mudah, godaannya begitu berat. Tak semua orang rela menggadaikan sepertiga malamnya, untuk bangkit menyambut cinta Sang Pemberi Rahmat ini. Hanya pribadi yang mengerti makna cinta yang bersambut saja, yang segera memutuskan bangkit dari tidurnya lalu berwudhu dan menegakkan qiyamul lail. Setelah itu dengan penuh harap Ia memohon pada Allah, agar rasa cinta kepadaNya ini tak putus sampai di sini.
Seorang mukmin yang sejati, tak akan melewati sepertiga malamnya begitu saja, ia selalu menjaganya. Sejuknya wajah karena wudhu disepertiga malam lebih ia rindukan, dibanding meringkuk di kasurnya yang empuk. Saat semua orang terlelap, ia larut dalam lantunan zikir. Ia benar – benar menikmati saat – saat terindahnya, pada Sang Pemberi Keindahan.
Segala pengharapan kita, benar – benar akan dijawab Allah di waktu itu. Bila selama ini kita kerap risau, bimbang tak tahu harus mengadu pada siapa atas segala persoalan yang mendera. maka, disepertiga malam itu adalah saat yang tepat untuk kita melabuhkan segala kegelisahan yang membuncah. Ceritakanlah segala keluh – kesah kita padaNya, mintalah apapun yang kita inginkan padaNya. Sebab, di sepertiga malam itu Allah tak sekedar hadir, tapi memberikan kepastian atas segala pengharapan kita.
Kehadiran Allah disepertiga malam kita, sesungguhnya adalah saat yang tepat bagi kita untuk menghimpun rindu kembali kepadaNya. Di sana Allah membuka ruang pengharapan kepada kita seluas – luasnya, tentu hanya orang yang merugi saja yang mau melewatinya begitu saja.
Tentu saja setan laknatullah tak akan tinggal diam melihat kesetiaan cinta sang hamba pada Khaliqnya ini. Sebab, ia tahu bangkit disepertiga malam untuk qiyamul lail adalah saat yang penuh keikhlasan dan keridhaan. Inilah yang menggelisahkan setan, sehingga ia dengan segala daya upayanya mencegah setiap orang untuk bangkit dari tidurnya. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:
“setan mengikat tengkuk leher setiap orang dari kalian jika ia tidur, dengan tiga ikatan. Setan menepuk setiap ikatan dengan berkata(kepada orang yang bersangkuta), “ engkau masih punya malam yang panjang, karena itu tidurlah” (HR. Al Bukhari, Muslim, An Nasai, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
****
Bangkit disepertiga malam sesungguhnya adalah, amalan yang tak pernah ditinggalkan oleh generasi terbaik agama yang mulia ini. Demikian juga Rasulullah, meski telah terjamin akan surga padanya, qiyamul lail tak pernah luput disetiap malam Rasulullah. Bahkan dalam salah satu riwayat dikatakan, bagaimana Rasulullah sampai bengkak kakinya demi menegakkan qiyamul lail. Bila kita perhatikan apa yang dicari Rasulullah, bukankah beliau telah terjamin masuk surga. Inilah makna cinta yang bersambut, kehadiran Rasulullah disepertiga malamNya, adalah wujud rasa rinduannya pada Illahi Robbi.
“hendaklah kalian mengerjakan qiyamul lail, karena qiyamul lail itu kebiasaan orang – orang shalih sebelum kalian. Qiyamul lail itu mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari dosa, menghapus kesalahan – kesalahan, dan mengusir penyakit dari tubuh” (HR. At Tarmdzi dan Al Hakim).
Maka, wajarlah bila para sahabat selalu berupaya menghidupkan malam – malamnya. Abdullah bin Umar sendiri pernah merasa begitu malu kepada Rasulullah, karena beliau mendapati dirinya jarang melaksanakan qiyamul lail. Hingga Rasulullah tidak lagi memuji pribadi Abdullah bin Umar, lalu Rasulullah bersabda:
“hai Abdullah, engkau jangan seperti si fulan. Tadinya, ia qiyamul lail, lalu tidak qiyamul lail lagi” (HR. Al Bukhari).
Setelah mendengar sabda Rasulullah itu, Abdullah bin Umar pun bertekad tak lagi meninggalkan qiyamul lailnya. Ia terus melaksanakan amalan yang mulia ini, sampai maut menjemputnya.
qiyamul lail adalah sarana terbaik bagi kita untuk meninggalkan dosa – dosa dan kemaksiatan. Qiyamul lail adalah bukti kejujuran seorang hamba pada Robbnya, ada keikhlasan di sana. Karena tak banyak orang tahu apa yang dikerjakan seorang hamba disepertiga malam itu.
Melaksanakan qiyamul lail secara konsisten, juga akan menumbuhkan sikap perasaan selalu dipantau oleh Allah (Muraqabatullah). Lalu dari perasaan ini, akan lahirlah sebuah perenungan yang mendalam tentang makna kehadiran Allah disetiap waktunya.
Jika perasaan ini terus bersemi, kita akan tersadar dari segala kelalaian. Batin pasti berkata “ bagaimana mungkin aku bermaksiat kepada Allah padahal aku qiyamul lail. Bagaimana bisa aku bermaksiat padaNya, padahal aku telah berduaan denganNya disepertiga malamku. Aku telah minta ampun padanya, telah bertaubat dengan segenap hatiku”.
Sekarang mari kita bertanya pada diri ini, apakah kita telah bersungguh – sungguh menghidupkan malam – malam kita. hitunglah berapa kali saat Allah menanti kehadiran kita disepertiga malam itu, tapi kita tak kunjung hadir. Dinginnya malam membuat kita enggan bangkit dari tidur, akhirnya “sepertiga malam” yang penuh cinta itupun lewat begitu saja.
Keletihan karena sibuknya mengejar dunia, kerap kita jadikan alasan untuk enggan menyambut cinta yang hakiki ini. Tapi anehnya, terkadang kita bisa terjaga hingga larut malam untuk menyaksikan acara TV, bergurau dengan teman hingga dini hari. Kita tidak menyadari detik – detik malam itu adalah sesuatu yang sangat mahal, melewatinya begitu saja adalah kerugian yang sangat besar.
Disepertiga malam itu, ada cerita cinta yang tak pernah putus. Ada penantian Illahi Robbi pada hambaNya, di sana Allah mencurahkan cintaNya denga membuka ruang pengharapan seluas – luasnya pada kita. walau kadang kita tak kunjung hadir, enggan menyambut cinta suci ini. Tapi sadarilah, hadir atau tidak. Disepertiga malam itu, Allah tetap menanti kita.
“dan disebagian malam hari, shalat tahajudlah engkau sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga Tuhanmu mengangkatmu ketempat terpuji” (Al Isra : 79).
Sumber : http://ibnuflp.wordpress.com/2010/05/15/disepertiga-malam-itu-allah-menanti-kita/#more-253
Tidak ada komentar:
Posting Komentar