Jupitter News _ Baru sampe rumah abis Sholat Jum’at, terus liat Berita SERGAP di RCTI. Ada berita tentang Tari Erotis Cadoleng-Doleng. Sebelumnya berita ini pernah menjadi bahan berita di TV-One. Menurut pengakuan penari erotis Cadoleng-Doleng yang dibawakan oleh artis-artis electron, mereka melakukan pekerjaan ini karenatekanan ekonomi.
Namun saat ini, ada yang berbeda dengan penampilan para artis electon tersebut. Jika beberapa tahun yang lalu, hanya ditemui artis electon yang menyanyi dangdut dengan goyangan ala kadarnya yang memang menjadi pelengkap musik dangdut, maka saat ini musik dangdut yang ditampilkan juga diiringi dengan goyang “erotis” yang oleh beberapa kalangan dianggap sebagai “porno aksi”. Di kawasan Ajatappareng, goyangan ini biasanya disebut candoleng-doleng. Mengapa disebut goyang candoleng-doleng? (baca sampai habis). Karena dalam syair lagu yang biasanya dinyanyikan oleh artis electon tersebut, ada kata candoleng-dolengyang dalam bahasa Indonesia berarti “berjuntai-juntai”. Syair lagu yang mereka nyanyikan adalah pelesetan lagu dangdut penyanyi terkenal Itje Trisnawati, mantan istri Aktor Eddie Soed.
Bagaimana tampilan goyang candoleng-doleng ala artis-artis electon? Aksi mereka sangat hot, dan asyik untuk ditonton karena murah dan meriah. Aksi goyang candoleng-doleng biasanya dilakukan setelah para tamu pesta pernikahan meninggalkan lokasi resepsi. Jadi yang tersisa adalah hanya para penonton dari berbagai usia, tidak ketinggalan pula anak-anak balita dalam pertunjukan ini. Mereka bergerombol tepat di bibir panggung pertunjukan. Parahnya lagi, belakangan ini goyang candoleng-doleng tidak hanya dilakukan pada malam hari, tapi juga pada siang hari.
Dalam aksinya, goyang candoleng-doleng biasanya diiringi dengan musik “house dangdut” yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Mereka biasanya tidak tampil sendiri, mereka biasanya tampil berdua atau bertiga. Dalam goyangannya, artis electon selalu tampil “seksi” dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Mereka tidak segan-segan membuka (maaf) baju dan celana hingga yang tersisa hanya kutang dan celana dalam.
Aksi “buka-bukaan” tersebut biasanya diiringi dengan goyangan “erotis” yang mampu mengalahkan aksi “goyang ngebor” Inul Daratista, atau “goyang gergaji” ala Dewi Persik, atau bahkan “goyang ngecor dangoyang vibrator” milik Denada. Sedikit gambaran yang mereka lakukan saat bergoyang adalah; meliuk-liuk seperi penari striptis, meraba-raba (maaf) payu darah dan kemaluan, dan memperagakan pasangan yang sedang melakukan (maaf) hubungan intim.
Jangan pula membayangkan suara merdu dan bernyanyi yang sesuai dengan teknik yang benar pada saat artis electon menampilkan goyang candoleng-doleng-nya. Dalam durasi tiga puluh menit, artis-artis electonhanya bernyanyi tidak lebih dari sepuluh menit. Sisanya, mereka hanya mengisi musik “house dangdut” tersebut dengan goyangan “erotis”, lenguhan, desahan, lengkingan atau teriakan yang berisi ajakan untuk berbuat mesum, atau mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, bahkan ada menggosok-gosokkanmicrophone pada (maaf) payu darah dan kemaluan.
Download Video via rapid klik disini untuk mendownload
Download Video via ziddu klik disini untuk mendownload
Download Video via ziddu klik disini untuk mendownload
Melihat aksi tersebut, penonton lelaki tidak malah mengucap kata tobat dan meninggalkan lokasi tersebut. Yang terjadi adalah, mereka ikut naik ke panggung sambil bergoyang bersama para artis electon, tidak lupa saat bergoyang mereka memberikan saweran berupa duit yang biasanya bernilai minimal lima ribu rupiahkepada artis electon. Makin besar nilai uang saweran yang diberikan dari penonton, serta makin banyak saweran yang didapat oleh sang artis, maka semakin “hot” penampilan mereka.
Cara memberikan saweran pun terbilang “nakal”. Mereka memberikan saweran dengan cara menyelipkansendiri uang tersebut ke dalam (maaf) kutang dan celana dalam artis electon yang sedang bergoyang. Tentunya bukan hanya sekedar menyelipkan uang yang mereka lakukan, tapi lebih jauh lagi, mereka jugameraba-raba bagian tubuh artis tersebut tepat dimana mereka menyelipkan uang saweran-nya.
Aksi para artis electon dan penonton tidak berhenti sampai disitu. Setelah bernyanyi dan bergoyang, sekelompok penonton laki-laki datang menghampiri artis electon tersebut untuk bernegosiasi mengenai harga yang mampu mereka bayar untuk mengencani ramai-ramai artis electon tersebut. Namun aksi ini tidak selalu mereka dilakukan. Semuanya tergantung dari artis electon tersebut, apakah biasa menerima order seperti itu atau tidak. Saking hebohnya aksi goyang candoleng-doleng para artis electon tersebut, sempat menjadiberita utama di beberapa televisi swasta nasional.
Tidak ketinggalan pula Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mengeluarkan fatwa larangan melakukan dan menonton aksi goyang candoleng-doleng karena dianggap haram dan bertentangan dengan etika,moral, dan agama. Namun, fatwa tersebut tidak mempan, karena sampai saat ini artis electon masih terus bergoyang candoleng-doleng.
Tapi pernahkan kita berfikir mengapa mereka melakukan aksi goyang candoleng-doleng tersebut? Annie Puspitasari, salah seorang artis electon, sebenarnya malu melakukan aksi goyang candoleng-doleng, apalagi jika mengingat anak perempuannya yang berumur lima tahun. Tapi himpitan ekonomi yang membuat “janda kembang” ini melakukan aksi tersebut. Diakuinya, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang dianggap “tidak haram” oleh masyarakat. Beberapa waktu yang lalu, dengan berbekal ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) dia melamar di beberapa perusahaan di kota Makassar. Namun hingga beberapa bulan sejak mengajukan lamaran, dia tidak pernah dihubungi oleh satupun perusahaan untuk mengikuti tes.
“Goyang candoleng-doleng sudah dianggap bertentang dengan agama, saya tidak mau lagi menambah dosa dengan menerima tawaran berkencan dengan penonton saya,” kata Annie dengan lirih.
Diakui oleh Annie bahwa pada umumnya, artis electon mau saja melakukan aksi goyang candoleng-doleng, bahkan menerima tawaran berkencan dengan penonton karena persoalan ekonomi.
Jika aksi goyang candoleng-doleng dikaitkan dengan persoalan ekonomi, maka sangat sulit mengambil kesimpulan jika artis electon tetap melakukan pekerjaan yang dianggap “haram” tersebut oleh masyarakat dan ulama. Karena persoalan ekonomi sangat sistematis. Dimulai dari kondisi negara yang memang tidak stabil atau mengalami krisis, ditambah dengan pemerintah yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, akhirnya bermuara pada tingkat kesejahteraan rakyat yang sangat rendah. Kalau kondisinya sudah demikian, maka masyarakat akan melakukan apa saja untuk mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Termasuk bergoyang candoleng-doleng seperti yang dilakukan oleh artis electon. Kira-kira, kapan rakyat Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak dan tidak dianggap bertentangan dengan moral, etika, dan agama?
Asal nya dari daerah sulawesi indonesia , acaranya penari yang kadangnya turut bernyanyi bergelek erotis, leayu dan meliuk liuk bagai rama hendak mengawan dengan kumbang berpennis besar. Mereka ini beraksi ikut rentak irama bagai jantan dan betina sedang berjimak mesra. Kdang kadang di sertakan dengan bunyi bunyi asyik yang bisa kita dengar dari dvd dvd jepun. Ironi ia bukan tercetus dari gerakan kemodenan tapi lebih kepada acara tradisional masyarakat itu sendiri. Selalunya di gerakkan di majlis majlis perkahwinan selepas jam dua belas malam ... dan para penontonnya di hadkan hanya kepada lelaki lelaki yang dikatakan dewasa.
aduh candoleng doleng menusuk rasa dan perasaan .. sayang blog ini tidak didedikasikan keaarah itu .. nama can doleng doleng ini diambil sekadar untuk menyamakan makna yang hasil cerita dalam blog saya ini terhad kepada lelaki lelaki dewasa atau mereka yang telah bersetuju untuk tidak tersentuh tatkala di sindir pedih jerih..walaubagaimanapun kalau ada masa akan saya selikan tulisan dengan bahan untuk manusia manusia pervert di luar sana meluahkan perasaan.
Siang itu sebuah pesta pernikahan salah seorang warga sedang digelar. Sebagaimana biasanya di Kabupaten Sidrap penyelenggara pesta pernikahan kerap menyuguhkan hiburan Organ Tunggal untuk menghibur para tamu dan undangan.
Awalnya semua terlihat biasa, para biduan dan biduanita melantunkan lagu-lagu pop, lagu daerah bugis dan juga lagu-lagu dangdut. Selang beberapa jam kemudian ketika menjelang sore hari disaat undangan sudah mulai sepi suasana mulai berubah. Para pemuda mulai mengambil tempat di depan panggung, tidak ketinggalan bapak-bapak bahkan orang-orang tua dan anak-anak berebutan kursi agar bisa mendapat tempat yang pas di depan panggung. Suara musik organ tunggal (lebih dikenal dengan Electone) yang tadinya melantunkan lagu-lagu daerah, dangdut, ataupun lagu pop mulai merubah jalur musiknya ke irama yang lebih menghentak.
Para pemuda, orang tua, anak-anak dan beberapa ibu-ibu yang mendapat posisi strategis di depan panggung semakin bersemangat dengan mata yang tak berkedip seperti tidak mau kehilangan momen istimewa dari pemandangan yang sudah biasa mereka saksikan sebelum-sebelumnya.
Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas anggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.
Satu persatu biduan maju ke atas panggung dan mulai bergoyang. Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Beberapa saat kemudian beberapa biduan bahkan mengeluarkan semua pakaian yang mereka kenakan tanpa malu-malu. Para bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.
Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng. Walaupun sudah sering ditindak oleh aparat yang berwenang, namun budaya perusak moral itu semakin lama semakin marak saja seakan tak ada jera-jeranya.
Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.
Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.
Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal). Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.
Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari.
Awalnya semua terlihat biasa, para biduan dan biduanita melantunkan lagu-lagu pop, lagu daerah bugis dan juga lagu-lagu dangdut. Selang beberapa jam kemudian ketika menjelang sore hari disaat undangan sudah mulai sepi suasana mulai berubah. Para pemuda mulai mengambil tempat di depan panggung, tidak ketinggalan bapak-bapak bahkan orang-orang tua dan anak-anak berebutan kursi agar bisa mendapat tempat yang pas di depan panggung. Suara musik organ tunggal (lebih dikenal dengan Electone) yang tadinya melantunkan lagu-lagu daerah, dangdut, ataupun lagu pop mulai merubah jalur musiknya ke irama yang lebih menghentak.
Para pemuda, orang tua, anak-anak dan beberapa ibu-ibu yang mendapat posisi strategis di depan panggung semakin bersemangat dengan mata yang tak berkedip seperti tidak mau kehilangan momen istimewa dari pemandangan yang sudah biasa mereka saksikan sebelum-sebelumnya.
Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas anggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.
Satu persatu biduan maju ke atas panggung dan mulai bergoyang. Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Beberapa saat kemudian beberapa biduan bahkan mengeluarkan semua pakaian yang mereka kenakan tanpa malu-malu. Para bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.
Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng. Walaupun sudah sering ditindak oleh aparat yang berwenang, namun budaya perusak moral itu semakin lama semakin marak saja seakan tak ada jera-jeranya.
Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.
Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.
Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal). Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.
Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari.
Candoleng-Doleng, Adegan Panas Lewat Musik
Diiringi hentakan musik 'house dangdut', tiga orang penyanyi wanita meliuk-liuk di atas panggung. Namun ada yang aneh, jarang sekali dari mulut mereka terdengar nyanyian. Di tengah pementasan, mereka justru lebih sering mengumbar desahan-desahan, seolah seperti sedang berhubungan intim.
Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Tak hanya bapak-bapak, dan remaja yang menyaksikan hiburan organ tunggal super heboh itu, bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.
Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng.
Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.
Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.
Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal).
Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.
Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari. (Syahlan)
Semakin lama goyangan mereka semakin "brutal,". Mereka berjoget-joget sambil membuka pakaian yang sebenarnya sudah terbilang mengundang syahwat itu. Menit-menit berikutnya adegan demi adegan panas mereka suguhkan. Tak hanya bapak-bapak, dan remaja yang menyaksikan hiburan organ tunggal super heboh itu, bocah-bocah usia belasanpun ikut melotot.
Pemandangan itu beberapa tahun terakhir sering di jumpai di acara-acara pesta pernikahan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat menyebut hiburan itu candoleng-doleng.
Awal mula penyebutan candoleng-doleng berasal dari plesetan syair lagu penyanyi dangdut terkenal Itje Trisnawati, yang juga mantan istri aktor Eddy Soed. Dalam bahasa Indonesia, candoleng-doleng berarti 'berjuntai-juntai', yang dikonotasikan posisi alat kelamin pria atau payudara.
Goyang candoleng-doleng mulai dikenal di Sidrap pada tahun 2003 lalu. Dalam sekejap, goyang erotis itu menjadi sangat populer karena ditampilkan secara murah meriah pada pesta pernikahan, atau dalam acara pesta kelompok pemuda tertentu.
Show murah meriah itu ditampilkan secara khusus oleh penyanyi grup elekton (sejenis organ tunggal).
Aksi itu, biasanya diiringi dengan musik 'house dangdut' yang berdurasi sekitar tiga puluh menit. Saat beraksi, penyanyi biasanya tidak tampil sendiri. Mereka biasanya tampil berdua atau bertiga.
Dalam goyangannya, artis elekton juga selalu tampil 'seksi' dengan menggunakan baju ketat dan sangat minim. Entah siapa awalnya yang mempopulerkan candoleng-doleng. Namun yang jelas wabah hiburan erotis itu, kini kerap dijumpai. Hiburan seronok yang biasanya di lakukan malam hari ini, pun kini bisa dijumpai pada siang hari. (Syahlan)
Sumber : 1. http://ambonganteng.wordpress.com/2010/05/14/penari-candoleng-doleng-uedaan-menari-bugil-di-depan-umum-plus-video/
2. http://candolengdoleng.blogspot.com/2009/06/apa-itu-candoleng-doleng.html
3. http://ladewabego.blogspot.com/2010/02/candoleng-doleng-hiburan-seronok.html
4. http://cahpamulang.blogspot.com/2008/08/candoleng-doleng-adegan-panas-lewat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar