Jupitter News : Setelah bertahun-tahun, riset sperma buatan dari stem cell atau sel punca akhirnya membuahkan hasil. Dalam eksperimen terbaru, sperma buatan para ilmuwan Jepang tersebut sukses membuahi sel telur dan menghasilkan keturunan yang sehat.
Hasil eksperimen ini memberi harapan baru bagi para pria yang punya masalah dengan kesuburan. Diperkirakan 1 dari 6 pasangan susah memiliki keturunan karena dari pihak prianya tidak mampu menghasilkan bibit sperma yang unggul dalam hal kualitas maupun kuantitas.
Ilmuwan yang berhasil mengawinkan sperma buatan dengan sel telur dan menghasilkan keturunan yang sehat adalah Dr Mitinori Saitou, seorang ahli stem cell dari Kyoto University. Laporan hasil riset ini telah dipublikasikan dalam jurnal Cell edisi terbaru.
Sperma buatan yang dikawinkan memang bukan sperma buatan, sehingga keturunannya juga bukan manusia buatan. Dr Saitou melakukan eksperimennya dengan tikus dan menghasilkan 60 ekor anak tikus yang mampu tumbuh menjadi tikus-tikus dewasa yang sehat.
Meski baru diujikan pada tikus, eksperimen ini tetap mendapat kritik dari sesama ilmuwan yang menganggapnya tidak etis. Para kritikus menilai, eksperimen ini berpotensi menciptakan perubahan besar pada sistem reproduksi makhluk hidup sehingga perbedaan jenis kelamin tidak lagi dibutuhkan.
"Suatu saat orang bisa membuat sperma dari sel kulit wanita, atau membuat sel telur dari sel kulit pria. Pria dan wanita tidak dibutuhkan lagi dan cara manusia berkembang biak akan berubah total," ungkap Joshepine Quintavalle dari Comment on Reproductive Ethics seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (5/8/2011).
Kontroversi sperma buatan memang bukan kali ini saja muncul, karena risetnya sudah dimulai sejak lama. Seperti diberitakan sebelumnya, Dr Takehiko Ogawa dari Yokohama City University sudah lebih dulu menciptakan sperma dari stem cell namun belum berhasil mengawinkannya dengan sel telur.
Eksperimen lain sesudahnya juga sudah mencoba mengawinkan sperma tikus hasil pengembangan stem cell dan sukses menghasilkan keturunan. Namun keturunan yang dihasilkan kebanyakan tidak sehat, sehingga tidak mampu bertahan hidup hingga dewasa
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar